Beranda | Artikel
Ada Apa Dibalik Hari Asyura?
Rabu, 26 Agustus 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Ahmad Zainuddin

Ada Apa Dibalik Hari Asyura? ini adalah ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang  disampaikan oleh Ustadz Ahmad Zainuddin, Lc. pada Rabu, 7 Muharram 1442 H / 26 Agustus 2020 M.

Kajian Ilmiah Tentang Ada Apa Dibalik Hari Asyura?

Sebelum kita membicarakan hari Asyura, maka alangkah baiknya kita membicarakan bulan yang ada didalamnya hari Asyura. Hari Asyura adalah tanggal ke-10 dari bulan Al-Muharram. Maka kita membicarakan dulu apa itu bulan Allah Al-Muharram?

Pengertian bulan Allah Al-Muharram adalah bulan pertama dari bulan-bulan yang ada di dalam tahun Qamariyyah. Dan kenapa dinamakan bulan Al-Muharram? Ada beberapa sebab yang disebutkan oleh para ulama Rahimahullahu Ta’ala. Yang pertama yaitu untuk menekankan kesucian bulan ini. Karena Muharram diambil dari kata-kata Harrama-Yuharrimu-Tahriiman, yang artinya adalah mensucikan sesuatu. Maka untuk menekankan bulan ini bahwa dia adalah bulan suci, bulan agung, bulan mulia, maka diberi nama dengan Al-Muharram.

Kemudian sebab yang kedua orang-orang Arab dahulu menyebut bulan ini bulan Muharram karena mereka mengganti-ganti. Dalam artian bahwa tahun ini Muharram karena mereka menghalalkan untuk berperang pada tahun ini. Tahun depan Muharram karena mereka mengharamkan untuk berperang pada tahun depannya, dan seterusnya seperti itu secara bergantian. Itu kebiasaan orang Arab.

Kemudian sebab ketiga yaitu karena berperang di dalamnya diharamkan.

Keutamaan Bulan Allah Al-Muharram

Pertama, termasuk bulan suci

Disebutkan dalam surat At-Taubah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman bahwa bulan Allah Al-Muharram adalah salah satu dari bulan suci. Allah berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّـهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّـهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan dalam ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala saat Allah menciptakan bulan dan bumi. Diantara 12 bulan tersebut terdapat 4 bulan haram.” (QS. At-Taubah[9]: 36)

Ayat ini dijelaskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits riwayat Imam Ahmad dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘Anhu. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّه السَّماواتِ والأَرْضَ: السَّنةُ اثْنَا عَشَر شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُم: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقعْدة، وَذو الْحجَّةِ، والْمُحرَّمُ، وَرجُب مُضَر الَّذِي بَيْنَ جُمادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya masa telah berputar seperti awalnya, pada hari Allah telah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdapat 12 bulan. Dari 12 bulan terdapat 4 bulan suci, tiga bulan berurutan; Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Al-Muharram, dan bulan Rajab Mudhar yang  terletak antara bulan Jumada dan bulan Sya’ban.” (Muttafaqun ‘alaih)

Inilah keutamaan bulan Allah Al-Muharram, yaitu dia termasuk daripada bulan suci.

Kedua, digandengkan dengan nama Allah

Tidak ada bulan-bulan pada tahun Qamariyyah yang digandengankan dengan nama Allah kecuali bulan Muharram. Bahkan sampai bulan Ramadhan pun tidak dikatakan sebagai Syahrullah Ramadhan, tidak ada dalil yang menunjukkan akan hal itu. Dan ini menunjukkan keutamaan. Karena suatu kata yang digandengkan dengan Lafdzul Jalalah, nama Allah yang paling agung, maka dia menjadi mulia, misalnya juga seperti Kitabullah, Rasulullah, Baitullah.

Ada perkataan yang menarik yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Rajab dalam kitab beliau Lathaiful Ma’arif, beliau menukil perkataan Al-Hasan Al-Bashri Rahimahullah, seorang Tabi’in. Beliau mengatakan:

إن الله افتتح السنة بشهر حرام وختمها بشهر حرام، فليس شهر في السنة بعد شهر رمضان أعظم عند الله من المحرم

“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai tahun dengan bulan suci, yaitu bulan Allah Al-Muharram dan Allah menutupnya dengan bulan suci (yaitu bulan Dzulhijjah). Maka tidak ada di dalam satu tahun setelah bulan Ramadhan yang lebih agung di sisi Allah dibandingkan bulan Allah Al-Muharram.”

Ketiga, puasa paling utama setelah puasa bulan Ramadhan

Memperbanyak berpuasa dibulan Allah Al-Muharram adalah amalan paling utama setelah berpuasa pada bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

‏أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ

“Puasa paling utama setelah berpuasa pada bulan Ramadhan adalah berpuasa pada bulan Allah Al-Muharram.” (HR. Muslim)

Ada hadits yang disebutkan oleh sebagian orang, yaitu Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya: “Puasa apakah yang paling utama setelah Ramadhan?” maka beliau menjawab: “Berpuasa pada bulan Sya’ban karena untuk mengagungkan bulan Ramadhan yang setelah Sya’ban.” Kemudian beliau ditanya lagi: “Sedekah apa yang paling agung?” maka beliau bersabda: “Sedekah pada bulan Ramadhan.” Akan tetapi hadits ini disebutkan oleh para ulama Rahimahumullahu Ta’ala sebagai hadits yang mungkar. Ini dijelaskan oleh Imam Al-Albani Rahimahullah dalam kitab Dhaif At-Tirmidzi dan dalam kitab Fiqhus Sunnah.

Begitu juga hadits lain yang disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu hajar Al-Asqalani Rahimahullah dalam kitab beliau Fathul Bari, haditsnya juga tidak shahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, hadits itu berbunyi:

أَفْضَل الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَان شَعْبَان

“Puasa paling utama setelah bulan Ramadhan adalah berpuasa pada bulan Sya’ban.”

Ada penjelasan menarik yang disebutkan oleh para ulama Rahimahumullahu Ta’ala tentang bulan Allah Al-Muharram. Diantaranya yang dijelaskan oleh Imam As-Suyuti Rahimahullah:

سُئلتُ: لم خُصَّ المحرَّمُ بقولهم: «شهر الله» -تبارك وتعالى- دون سائر الشهور، مع أنَّ فيها ما يساويه في الفضل أو يزيد عليه كرمضان؟

“Aku ditanya: kenapa bulan Al-Muharram dikhususkan dengan ucapan ‘Bulan Allah’, tidak pada bulan-bulan yang lain. Padahal ada bulan yang sama keutamaannya dengan bulan Allah Al-Muharram, bahkan lebih utama, seperti bulan Ramadhan?”

Maka kata Imam As-Suyuti Rahimahullah:

ووجدتُ ما يجاب به: أنَّ هذا الاسمَ إسلاميٌّ دون سائر الشهور، فإنَّ أسماءها كلَّها على ما كانت عليه في الجاهلية، وكان اسم «المحرَّم» في الجاهلية: «صفرَ الأوَّل»، والذي بعده «صفر الثاني»،

“Aku mendapati jawabannya: Karena nama ini adalah nama dari ajaran Islam, berbeda dengan ajaran-ajaran Arab jahiliyah. Karena bulan Al-Muharram dimasa Arab jahiliyah mereka mengatakan nama bulannya sebagai ‘Shafar Awal’ dan bulan yang kedua disebut sebagai ‘Shafar Tsani’.

فلمَّا جاء الإسلام سمَّاه الله -عزَّ وجلَّ- «المحرَّمَ»، فأضيف إلى الله عزَّ وجلَّ بهذا الاعتبار

“Ketika datang Islam, dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menamai langsung sebagai Al-Muharram. Karena Allah yang menamai langsung, maka digandengkanlah kata ‘Allah’ dengan kata ‘Al-Muharram`”

وهذه فائدةٌ لطيفةٌ رأيتُها في «الجمهرة»

“Dan ini adalah faidah yang menarik yang aku baca dalam kitab Al-Jamharah”

Makanya Imam An-Nawawi Rahimahullah dalam kitab beliau Al-Adzkar, beliau mengatakan:

ويُكْرَهُ أن يُسمَّى المحرَّمُ صفرًا؛ لأنَّ ذلك من عادة الجاهلية

“Dan dimakruhkan untuk menamai Al-Muharram dengan nama Shafar, karena itu kebiasaan Arab Jahiliyah.”

Ada hal yang menarik juga yang disebutkan oleh para ulama Rahimahumullahu Ta’ala, diantaranya disebutkan oleh Fadhilatusy Syaikh Al-Allamah Bakr Abu Zaid Hafidzahullah dalam kitab معجم المناهي اللفظية. Kata beliau:

من الأخطاء التي يقع فيها كثير من الناس قولهم:{ محرم } بدون الألف واللام، والصواب أن يقال: { المحرّم }

“Termasuk kesalahan kebanyakan manusia ketika mereka mengucapkan: ‘bulan Muharram’ tidak memakai Alif Lam. Dan yang paling benar disebutkan adalah: ‘Al-Muharram`”

Hal ini karena orang Arab tidak menyebutkan nama ini kecuali dengan Alif Lam. Dan dengan Alif Lam itu juga terdapat dalam hadits-hadits yang shahih dan syair-syair Arab.

Apa saja amalan-amalan yang bid’ah di bulan ini? Yaitu amalan yang belum ada contohnya, belum ada dalilnya, dan bukan syariat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Mari downlaod dan simak mp3 kajian yang penuh manfaat ini.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48927-ada-apa-dibalik-hari-asyura/